Quantcast
Channel: ina inong's blog
Viewing all articles
Browse latest Browse all 194

OLEH-OLEH WORKSHOP MENULIS DENGAN CINTA BERSAMA DINI FITRIA: SIAP COMEBACK DENGAN TULISAN BERCITA RASA

$
0
0


Akhir tahun kemarin saya memutuskan untuk mengakhiri masa hiatus. Saya berniat comeback ke kancah penulisan buku. Tapi, apa yang terjadi? Naskah yang saya tulis pertama kali untuk picture book dan gagal. Tulisan saya terasa kering. Saya aja merasa, apalagi Editor yang berinsting tajam, otomatis naskah saya ditolak. Pedih kakak...

Saya membaca ulang tulisan-tulisan lama.  Cerpen dewasa, remaja, resensi buku, novel untuk anak-anak, draft-draft yang belum sempat saya selesaikan... dan setelahnya saya dibuat merenung sembari membatin, kok bisa ya saya menulis seperti itu, feel-nya terasa.  Beda dengan sekarang, mau memulai nulis aja saya sudah merasa terbebani duluan.  Belum nulis aja sudah nggak happy di awal.  Ini kah yang membuat saya kehilangan rasa dalam tulisan?
You must write your first draft with your heart.  You rewrite with your head.  The first key to writing is to write, not to think. (William Forrester).
Quote di atas itu panduan saya ketika menulis dan yakin sekali pasti dipakai juga oleh milyaran penulis di muka bumi ini.  But yeah, setelah terlalu lama hiatus, memulai menulis aja saya sulit apalagi menumbuhkan cinta pada tulisan.  Saya butuh pemicu supaya semangat menulis ini meletup lagi.  Saya butuh siraman yang membuat benih-benih cinta dalam tulisan bersemi kembali.

Dan thanks to komunitas Indonesian Social Blogerpreneur (ISB) yang mengajak saya berkenalan dengan Dini Fitria dan mendapatkan pencerahan dari perempuan muda berlesung pipit ini dalam workshop "Menulis Dengan Cinta" pada tanggal 6 Maret 2018 yang baru lalu, bertempat di kantor Blibli.com, Jakarta Barat.

Seperti di konser-konser musik, sebelum bintang utamanya tampil selalu ada band atau penyanyi pembuka, ya kan.  Nah, di acara kemarin juga begitu.  Sebelum Mbak Dini Fitria tampil untuk presentasi, saya dan 29 Blogger lainnya disambut oleh Ibu Christine Lie Hartati dari Blibli.com.  Beliau menyampaikan kabar gembira mengenai promo My Big Wish yang sedang berlangsung di Blibli.com.  Ibu Christine ngabibita dengan informasi hadiah promo yang menggiurkan, salah satu di antaranya menonton Piala Dunia di Rusia. Wow!

Kemudian ada Mbak Hani dari Zoya Cosmetics yang mempresentasikan produk terbaru dari Zoya kosmetik yaitu Lip Paint. Wah, ini kabar gembira buat saya si penggemar lipen.  Eh, wait... istilah lipen ini jangan-jangan asalnya dari kata lip paint ya *haha*.  Orang sunda mah kalau bilang lipstik jadi lipensetip alias lipen in short way.

Setelah presentasi dari beliau-beliau ini rengse, barulah bintang utama yang ditunggu-tunggu tampil ke panggung.  Saya langsung terpesona melihat senyum Mbak Dini Fitria, senyuman dengan dua dekik dalam di kedua pipinya. Duh, jadi teringat lagi cita-cita masa kecil yang pengin punya lesung pipit serupa itu.

Sekilas tentang Dini Fitria

Kalau ada yang senang nonton acara Jazirah Islam di Trans 7 pasti tahu dong siapa presenternya.  Yap, program special Ramadhan itu diasuh oleh Mbak Dini ini sebagai presenternya, eh bahkan sempat menjadi produsernya juga lho.  Masih ingat kan wajahnya? 

Tugasnya mengasuh acara tersebut membawa perempuan cantik berjilbab rapi ini ke berbagai benua, seperti Eropa dan Amerika (bagian utara) untuk meliput kehidupan muslim sebagai masyarakat minoritas di berbagai negara-negara yang ada di benua tersebut.

Pada tahun 2011 Mbak Dini mendapat tugas liputan ke India.  Wohow, saya nggak pernah tertarik traveling ke India.  Semasa masih kerja kantoran, saya sempat punya Bos orang India dan... like hell, Man *meminjam istilah Mbak Dini, LOL* orangnya nggak nyenengin banget.  Saya juga sudah empet duluan lihat kesemrawutan kota di India, belum lagi cerita teman-teman yang sudah berkunjung ke sana, mereka bilang masyarakatnya jorok dan susah cari makanan bersih.  Ternyata, hal-hal tersebut juga dialami oleh Mbak Dini.  Sampai-sampai dia mengatakan kalau perjalanannya ke India itu menguras emosi dan energi.

Tetapi semesta berkata lain.  Lima tahun kemudian, Ibu dari dua anak ini harus kembali ke India.  Demi apa? Mbak Dini mendapat tawaran untuk membuat novel travel religi dari Falcon Publishing, terinspirasi dari novel terdahulunya yang mengambil setting di negara-negara Eropa dan Amerika Utara.  Novel ketiganya, "Islah Cinta", mengambil setting di negeri Sungai Gangga dan demi menyuntikkan ruh ke dalam novelnya, penikmat karya Orhan Pamuk ini rela bermukim selama dua minggu di India.

Tak kenal maka tak sayang.  Selama dua minggu perempuan kelahiran Padang ini bertemu dan berbaur dengan masyarakat di sana. Menjalani keseharian seperti mereka, mempelajari kebudayaannya, mengunjungi tempat-tempat untuk mendukung setting novel.  Semua usaha itu akhirnya mengubah pandangan Mbak Dini terhadap India. Di sana, muslimah yang suka berpetualang ini mendapat banyak pelajaran hidup dan pengalaman yang mendewasakan.  Hikmah perjalanan itu berbuah quote manis, "Love is selfless, not selfishness".



Menulis Dengan Cinta Ala Dini Fitria

Saya belum tuntas membaca novel "Muhasabah Cinta" yang kemarin saya beli di acara workshop, baru lembar-lembar awal yang saya baca.  Tetapi membaca halaman-halaman awal aja sudah bikin saya suka dan penasaran.  Gaya bertuturnya mirip dengan penulis favorit saya.  Mirip bukan berarti sama kan.  Sebelum saya terhanyut, sengaja saya stop dulu bacanya, masih banyak pe-er, Cyiiin... nanti bakal saya baca dalam rangka refreshing sekaligus dengan dua buku lanjutannya.

Pasti pada kepo kan gimana sih caranya menghasilkan tulisan ringan tapi bernas dan terasa feel-nya.  Tentu saja hal tersebut bukan perkara mudah.  Menghasilkan tulisan yang bagus itu prosesnya melibatkan penguasaan teknik menulis dan jam terbang.  Mari disimak dulu materi dari Dini Fitria.

Penulis yang dari kecil sudah hobi mengarang ini, membawakan materinya dengan mengambil contoh penulisan feature.   
A feature is a story about facts, not about fiction.  Feature is all about emotions.  Feature is taste.  (Dini Fitria)
Membaca kalimat tersebut di screen saya seperti kena setrum.  Itu dia! Ketika saya menulis, saya nggak lagi menyisipkan emosi dalam tulisan saya, maka nggak heran kalau tulisan saya terasa kaku seperti tali yang ditarik paksa, nggak lentur sama sekali.  

Pengagum karya-karya Buya Hamka ini memberikan materi secara lengkap mulai dari ciri-ciri penulisan feature, jenis-jenisnya, teknik menulis feature dan yang penting adalah Do and Don't-nya.  Isi materi yang diberikan pas banget dijadikan bekal untuk menumbuhkan "rasa" dalam tulisan. Tapi karena materinya berat kamu pasti lelah (biar aku saja) jadi saya rangkum aja ya tip dari Mbak Dini ini.

Sejak membaca bukunya Mbak Hanum Rais, saya jadi suka cerita-cerita history religi di negara minoritas muslim.  Novel ini cocok dengan minat saya jadi wajib punya ^_^

Pertama- pikat pembacamu dengan kalimat-kalimat pembuka.  Usahakan opening itu nggak kepanjangan dan bertele-tele.  Nggak perlu ribet dengan menyebutkan pada hari ini, tanggal sekian aku duduk samping Pak Kusir... *hehe* singkat, padat, jelas mengarah ke objektif tulisan.

Kedua- gunakan cara bertutur ala story telling, anggaplah kamu dan pembacamu sedang mengobrol face to face. Gunakan kalimat-kalimat show not tell, yang membuat pembaca turut berimajinasi dan merasakan situasi yang kamu deskripsikan.  Libatkan indera pembaca.  

Mbak Dini Fitria mencontohkan dengan kalimat "hujan itu dingin".  Yakali, semua orang juga tahu kalau hujan itu udara jadi dingin.  Selipkan emosi ketika mendeskripikan kata dingin sehingga jika kamu menggigil karena rasa dingin itu, pembaca juga ikut menggigil bersamamu.

Ketiga- tentukan tujuan yang jelas mengapa kamu membuat tulisan itu.  Jika kamu tidak bisa menjelaskan sesuatu dengan sederhana, maka kamu tak cukup mengerti.  Nah, kalau kamu nggak mengerti tujuan tulisan kamu, apalagi pembaca.  Message-nya nggak akan sampai.

Supaya tulisan nggak "lari" ke sana kemari, ibu dari Everest dan Raihana ini mengajarkan untuk membuat premis.  Apa sih premis itu?  Di dalam premis ada tiga unsur, yaitu ada seseorang (tokoh) yang jadi subjek, terus dia wants something badly gitu sebagai objectivenya, dan having bad time getting it harus jatuh bangun dulu sebelum mencapai keinginannya itu di sinilah konfliknya. Pengembangan-pengembangan tiga unsur ini lah yang mengikat keseluruhan isi tulisan.

Atau bisa juga memakai rumus Why - What - How.  Mbak Dini praktik langsung dengan case yang diberikan salah satu peserta.  Topiknya tentang boneka yang bisa membimbing hapalan Quran, sebut saja dengan terus terang Hafizh Doll *bahahahaha*.

Jadi rumusnya Mbak Dini begini:

Why:  kenapa kita harus membeli hafizh doll ini.
What : apa sih hafiz doll itu.
How  : di mana kita bisa mendapatkan hafizh doll ini.

Sesederhana itu.

Mbak Dini ini asyik, cara penjelasannya nggak melulu teori tapi pakai ngasih contoh langsung lho


Keempat- relevan atau dekat dengan keseharianmu.  Mulai dengan mengangkat cerita dari pengalamanmu sehari-hari.  Misalnya, jika kamu diminta menulis review suatu produk, bagaimana kamu tahu keunggulan dan kelemahan produk itu jika kamu nggak pakai produknya kan.  Jika kamu nggak mengalami sendiri nggak akan ada penghayatan yang bisa kamu tuangkan dalam tulisanmu karena kamu nggak menguasai materinya.  Tulisan pun menjadi kering.

Kelima- menulis tulisan yang unforgettable, bisa dicoba dengan menyelipkan ciri khasmu.  Naini... selama ini, ketika saya menulis blogpost, kadang ciri khas saya terpupus oleh permintaan dari agency yang mewakili brand.  Akibatnya ketika saya menulis saya nggak menjadi diri sendiri. Karakteristik penulis bisa menjadi daya pikat tersendiri lho, pembaca bisa ketagihan dan selalu mencari tulisanmu. 

Keenam-  olah kalimat dengan kosa kata yang beragam patut dipertimbangkan.  Berusalah menambah perbendaharaan diksi.  Caranya? banyak membaca dong.  Membaca bagi penulis itu harga mati, Bung!  Ada penulis yang nggak suka baca?  kok mustahil banget.  Tiru nih Mbak Dini yang sejak usia remaja sudah melahap buku-buku filsafat dan psikologi.  Menurutnya, selain menambah kosa kata, banyak membaca itu juga mempengaruhi cara kita memandang terhadap sesuatu.

Ketujuh-  pembaca itu sudah lelah dengan permasalahan hidup, jangan ditambah lagi dengan pesan-pesan yang menggurui.  Kalau saya nemu tulisan yang seperti itu pasti langsung skip *hehe*.  Sajikan tulisan yang provokatif tapi nggak menimbulkan kesan memaksa. 

Kedelapan-  berikan informasi dengan gaya tulisan yang ringan, tapi pembaca juga bisa menyerap value yang tersirat dalam tulisan kita, pokoknya usahakan membuat tulisan yang unsur hiburannya dapat sekaligus mengedukasi.

Kesembilan-  di dunia ini unsur drama itu masih "megang",  orang mudah tertarik dengan cerita yang ada bumbu dramanya.  Di sini lah mengapa menyisipkan unsur human insterest itu sangat nggak apa-apa dalam tulisan kita.  Sebuah berita hard news semacam kecelakaan atau kebakaran, bisa kita tulis dengan gaya feature/soft news ketika kita membidik sisi human interest-nya dari peristiwa itu.  Misalnya, korban dalam kecelakaan itu ternyata sepasang calon pengantin yang pulang kampung  bersama untuk melangsungkan pernikahan.  

Kesepuluh-  katakan selamat tinggal pada typo.  Yuk mulai sekarang, buatlah tulisanmu mulus seperti jalan tol, jangan membuat pembaca yang sedang asyik membaca tulisanmu tersandung oleh typo. Satu aja sudah mengganggu, apalagi bertaburan di sepanjang tulisanmu.  Baca ulang, kalau perlu berulang-ulang lagi sebelum tulisan diposting.

Akhirul Kata

Materi yang disampaikan Mbak Dini sukses membuka mata dan melepaskan tabir kelabu yang menyelubungi kepala saya selama ini *tsaaah...*.  Menulis itu untuk siapa, sih, kalau bukan untuk pembaca.  Oleh karena itu ketika menulis pertimbangkan apa yang dirasakan dan dipikirkan pembaca.  Gunakan hati dan jiwa ketika menulis, niscaya kalimat-kalimat yang kita rangkai bisa menyentuh hati pembaca.

Menyentuh hati di sini saya asumsikan bukan dalam konotasi membuat pembaca terharu atau sampai menangis,  tetapi tulisan yang menyentuh hati pembaca itu yang bisa membuat pembaca termotivasi, terinsipirasi, bahkan sampai mengubah cara pandangnya.  Demikian.

Dan yang perlu diingat juga, menumbuhkan "rasa" dalam tulisan itu nggak bisa didapatkan dengan instan, jam terbang juga menjadi faktor penentu. Maka dari itu sebagai penulis/blogger perlu konsisten menulis sebagai sarana latihan untuk keterampilan menulis *camkan itu, Inaaa...* ^_^

Isi goodie bag... yaaaaiy!

Bagaimana manteman? Cukup jelas kah sharing dari saya? semoga tulisan saya ini juga bisa menginspirasi dan memotivasi teman-teman penulis/blogger dan yang belum pernah menulis jadi ingin menulis.  Yuk mari... sesungguhnya menulis itu menyenangkan, healing buat hati-hati yang gundah dan jiwa-jiwa yang gelisah.  Eh, iya lho, Orhan Pamuk aja bilang menulis itu bikin bahagia, makanya dia menulis karena dia ingin bahagia.  Tahu kan siapa Orhan Pamuk? Nggak? Makanya banyak membaca kata Mbak Dini juga ^_^

Duh, saya merasa dapat rejeki nomplok bisa ikut workshop ini, walau harus berjauh-jauh, berhujan-hujan dan kemalaman pulang, saya merasa nggak rugiiiiii.  Selama perjalanan pulang Jakarta - Serang, saya merasakan ada yang berdesir di dada dan jantung berdegup halus, seperti perasaan sedang jatuh cinta. Tekad membulat, niat pun tercetus... saya siap untuk comeback.  Menulis lagi dengan sepenuh hati dan jiwa.  Berbekal pencerahan dari Mbak Dini, semoga tulisan saya menjadi lebih ciamik, lebih disukai dan ditunggu-tunggu pembaca tulisan saya, di buku dan blog. Boleh minta aminnyaaa... 🙏🙏

Untuk itu, sekali lagi saya berterima kasih kepada komunitas Indonesian Social Blogerpreneur yang sudah mengundang saya.  Juga event partner, Blibli.com, by the way sudah tahu belum kalau Blibli.com lagi ngadain blog competion dengan tema My Big Wish? ayo segera cek #BlibliSekarang, klik di sini ya.

Dan terakhir, Zoya Cosmetics, Lip Paintnya enak banget dipakainya, tunggu review dari saya ya.

Sekian dulu ya, sampai bertemu lagi di cerita workshop yang lain... 


Love,


Viewing all articles
Browse latest Browse all 194