Beberapa Buibu bangga kalau anaknya gemar membaca. Biasanya mereka hobi menularkan gerakan gemar membaca ini di medsos, dengan memposting anak-anak mereka sedang membaca buku atau sedang membeli buku. Ndaaaak... ndak kok Buibu, saya ndak bilang Buibu pamer, itu kegiatan yang positif banget kok, saya sangat mendukung. Lanjutkan!
Bahkan ada yang menjuluki anaknya "Monster Buku". Ndak apa-apa toh, menurut saya itu julukan yang positif. Selamat untuk Buibu yang berhasil membuat anaknya mencintai buku. Membaca itu faedahnya kan banyak, anak pun terlatih menjadi pembelajar. Maintain terus, Bu, hobi anak-anaknya, jangan lelah walau harus menghemat uang belanja karenanya.
Tapi, banyak juga Buibu yang mengeluh anaknya nggak doyan baca, doyannya jajan sama main game *hehe*. Kalau saya bilang begini jangan dituduh nampar atau ngejudge ya, Buibu. Anak itu meneladani orangtuanya. Anak nggak akan kenal buku kalau nggak diajak kenalan sama buku itu sendiri. Gimana mau mencintai buku kalau di rumah nggak ada buku, Buibu-nya masih sayang kalau ngebeliin buku dibanding ngebeliin mainan untuk anaknya.
Menurut penelitian cara membuat anak gemar membaca itu yang pertama dengan metode Read Aloud, mendongeng untuk anak. Ayo, siapa di sini yang suka membacakan dongeng sebelum tidur untuk putera/puterinya? Sayaaaa... hehehe... iya saya sesekali masih ngebacain dongeng untuk anak saya yang bontot. But, believe it or not, tiap kali saya baca bedtime stories itu, kakak-kakaknya ikut meringkuk ngedengerin. Yes, Buibu, ternyata dibacain dongeng itu momen yang ngangenin.
Ketika anak sudah bisa membaca sedikit-sedikit, dia mulai membuka-buka buku sendiri, dengan terpatah-patah dia membaca kalimat dua kalimat pembuka, selebihnya dia bosan dan akhirnya "membaca" dengan cerita versi sendiri sambil melihat-lihat gambar yang ada di buku.
Perilaku tersebut menunjukkan bahwa anak sudah tertarik pada buku. Kalau sudah begitu, suplay jangan diputus. Insya Allah minat baca anak pun berkesinambungan. Dan, voila! anak Buibu pun berubah menjadi "Monster Buku".
Biasanya masa anak-anak hobi membaca sambil mengarang cerita sendiri itu ada di usia balita. Baru-baru ini, Pelangi Mizan, penerbit buku khusus buku-buku untuk balita, menerbitkan genre baru untuk buku balita, yaitu silent book.
Sebetulnya konsep silent book ini bisa ditemukan juga di buku pelajaran. Coba Buibu perhatikan buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk anak kelas 1 SD, di bagian latihan sering ada segmen cerita bergambar tanpa teks dan anak diminta untuk menceritakan isi gambar tersebut, iya kan? Belum pernah lihat? Ah masa... jangan-jangan belum pernah buka buku pelajaran anak? *hehehe*.
Manfaat dari silent book ini banyak juga lho, di antaranya bisa menjadi bahan mendongeng di rumah atau sekolah. Orangtua atau guru bisa memilih bahasa sendiri. Mengembangkan imajinasi pencerita, juga anak-anak sebagai pendengar.
Buibu tahu nggak, Mbak Anna, seorang Psikolog Keluarga, dalam satu kesempatan mengatakan anak-anak yang imajinasinya berkembang dengan baik, kelak ketika terjun ke dunia kerja akan lebih cakap ketika harus bekerja dalam teamwork dan lebih mudah menyelesaikan satu masalah. Nah!
Memang benar kalau ada nasihat "silaturahmi mendatangkan rejeki", itulah yang saya alami. Karena pernah bekerjasama yang alhamdulillah berlangsung baik, saya dihadiahi dua judul silent book oleh Kang Iwan Yuswandi, konseptor silent book ini, yaitu "Raksasa Haus" dan "Berburu Layang-Layang". Saya spoiler dikit ya dari buku "Berburu Layang-Layang".
Saya suka banget nih sama silent book terbitan Pelangi Mizan. Plot ceritanya lucu, mudah dipahami anak-anak dengan ending kejutan yang disukai anak-anak. Style ilustrasinya juga impian saya banget, warna-warna cerah tapi nggak ngeblock plus banyak ruang kosong berwarna putih.
Salut nih sama Kang Iwan Yuswandi, pencetus ide sekaligus ilustratornya. Kang Iwan ini sempat menjadi Editor untuk buku-buku saya, seri Dongeng Halo Balita. Bekerjasama dengan Kang Iwan Yuswandi sangat menyenangkan, ide-idenya brilian dan sangat selektif, buktinya dari 12 naskah yang saya ajukan hanya 4 judul yang lolos terbit... hahaha... luar biasa kan. Tapi saya sih nggak kapok, masih nunggu diorder lagi nih *hahahay #kode*.
Pelangi Mizan juga melakukan field test untuk melihat animo anak-anak terhadap silent book ini. Dan tampak pada foto di bawah, anak-anak tertarik pada silent book ini. Mungkin menjadi hal baru untuk mereka ketika mereka harus bercerita sendiri. Wah, silent book ini bisa menjadi mainan baru, nih. Keren kan kalau anak-anak lebih tertarik pada buku daripada mainan.
![]() |
sumber : Facebook Iwan Yuswandi |
SMART PEN
Dan, di era teknologi yang serba sophisticated ini, kegiatan membaca buku bisa lebih seru lagi dengan kehadiran Smart Pen. Terus terang saya baru tahu juga nih soal smart pen ini. Konon smart pen ini bisa menghubungkan buku dengan alat digital semacam smartphone. Dia bisa memindahkan ilustrasi lengkap dengan audionya ke smartphone. What?!
![]() |
sumber : Fan Page Facebook Pelangi Mizan |
Gimana sih cara kerjanya? Supaya Buibu lebih jelas mengetahui cara kerja smart pen ini, mari kita lihat video berikut ini:
Yampuuun... keren banget nggak, sih. Duh, pengen dong nulis buku yang bisa connected ke smartphone #kodelagi. Ini inovasi yang berfaedah banget untuk anak-anak yang terlanjur nggak doyan baca buku dan lebih senang terpaku depan layar gadget, menonton kakak-kakak Vlogger-yang kadang bahasanya nauzubillah-. Anak-anak dengan kondisi demikian bisa dialihkan minatnya ke tontonan sehat. Berkat smart pen, mereka bisa membaca buku rasa video di smartphone, ya kan ya kan...
Kalau Buibu tertarik dan perlu informasi lebih lanjut mengenai silent book dan smart pen serta aplikasinya, silakan menghubungi link ini http://bit.ly/RumahSaliSaliha.
Cukup sekian informasi dari saya tentang silent book dan smart pen. Lain waktu saya cerita-cerita lagi atau mau pesan buku dan smart pennya lewat saya juga boleh, hehehe... *mulai deh otak bisnisnya muter*.
Love,