![]() |
foto : www.selingkaran.com |
Sudah sembilan hari ya kita menjalankan puasa. Sudah berapa kali ikut acara bukber di luar rumah? Hehehe…
Rasulullah SAW mempunyai kebiasaan makan bersama dengan para sahabat. Kalau di hari-hari biasa beliau seperti itu, bisa jadi di bulan Ramadhan juga. Nah, kemungkinannya kebiasaan ini dicontoh dan ditularkan dari generasi ke generasi. Terbukti komunitas muslim yang ada di negara mana pun selalu melakukan tradisi ini. Apalagi di Indonesia yang masyarakatnya memang hobi kumpul-kumpul. Jadi tidak salah jika buka bersama atau bukber ini sudah menjadi community event di seluruh dunia.
![]() |
foto: www.liputan6.com |
Pertama kali saya berkenalan dengan tradisi ini ketika duduk di bangku SMP. Kebetulan saya bergabung dalam organisasi pramuka. Nah, suatu waktu kakak-kakak senior mengadakan acara buka bersama sampai sahur bersama. Mungkin maksudnya sebagai pengganti acara persami (perkemahan sabtu-minggu) rutin. Ternyata menyenangkan. Berkumpul bersama teman-teman, makan bersama, shalat berjamaah, sisanya begadang sambil mengobrol sampai menjelang sahur. Saya jadi ketagihan dengan acara buka bersama ini.
Menginjak remaja acara buka bersama menjadi salah satu acara yang ditunggu selain acara ultah teman, valentinan (halah… masih sesat) atau perpisahan kelas, soalnya ada alasan buat main sampai malam *hadeuh*
Zaman menjadi karyawan (walau sudah berkeluarga) acara buka bersama di kantor tetap menjadi acara selingan yang ditunggu. Lumayan buat menghilangkan jenuh kerja. Selain itu, masih ada acara buka bersama dengan divisi masing-masing, dan bukber dengan teman se-geng.
Buat seseorang yang aktif berkegiatan (organisasi atau komunitas) bulan Ramadhan biasanya panen undangan bukber. Kalau masih single sih santai aja, lain kalau udah berkeluarga plus buntut (seperti saya) harus pintar-pintar menekan nafsu dan bermain cantik, kalau nggak pengin jatah THR dipotong suami *sigh*
Saya pribadi memilih tahu diri dan membatasi buka puasa di luar rumah tanpa keluarga. Kecuali… kumpul-kumpul itu ada urgensinya, misal: undangan keluarga dekat, undangan dari sahabat, atau undangan review restoran dan apalah apalah… yang berbayar. Selain hobi yang dibayar, “nikmat mana lagi yang akan kau dustakan” itu adalah silaturahmi yang dibayar… hahaha.
![]() |
foto : www.theguardian.com |
Ini perlu dipertimbangkan juga, jika ajakan buka bersama itu hanya sekadar kumpul-kumpul antar teman, makannya bayar sendiri-sendiri pula. Boleh-boleh aja kalau kegiatannya nggak sering. Tapi kalau sampai hari ini bukber sama teman SD, lusa sama teman SMP, minggu depannya sama teman SMA, besoknya sama teman kuliah, lusanya lagi sama teman ex perusahaan anu, terus sama ibu-ibu pengajian, sama geng arisan, sama komunitas hijaber… do adooo sibuknya, Bu…
Kalau udah begini bukber kok jadi kayak hobi ya. Kasian suami, kasian anak, kasian dompet… hihihi Alih-alih bulan puasa bisa berhemat… eeeh malah nyedot saldo tabungan. Tapi… yang berlebihan seperti itu ternyata ada lho di kehidupan nyata.
Buka bersama di luar di mana pun sah-sah saja. Tidak ada larangan untuk menikmati berkah dari Allah SWT. Jangan kita lupa, bahwa ada sekelompok muslim di belahan bumi yang lain, yang tidak seberuntung kita. Mereka berbuka dengan makanan seadanya, namun tak mengurangi keimanan mereka pada Sang Mahakaya. Hanya dengan mengingat itu saja, semoga bertambah pula rasa syukur kita. Aamiin…
![]() |
foto : www.thenational.ae |
Selamat berbuka puasa, Kawan...